Halaman

Senin, 22 April 2013

Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD)

Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD) atau gangguan pemusatan perhatian/hiperaktivitas adalah gangguan perilaku yang timbul pada anak dengan pola gejala restless atau tidak bisa diam, inattentive atau tidak dapat memusatkan perhatian dan perilaku impulsif. Secara umum pola gejala tersebut pada awalnya dikenal sebagai hiperaktivitas pada anak.[1]

ADHD (Attention Deficit Hiperactivity Disorder) atau Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas adalah suatu gangguan psikis dengan masalah serius mengenai perilaku dan konsentrasi yang sangat membebani keluarga dan sekolah di samping menghambat perkembangan anak bersangkutan. Di Eropa diperkirakan + 2% dari anak usia antara 5-14 tahun menderita gangguan ini, anak laki-laki empat kali lebih banyak dari pada anak perempuan. Pada sepertiga gejalanya bertahan sampai usia dewasa.[2]

Gangguan hiperaktif atau yang dikenal dengan istilah ADHD adalah gangguan yang membuat anak sulit untuk memusatkan perhatian secara tepat sesuai dengan tahap perkembangannya. Untuk dapat disebut memiliki gangguan hiperaktif, harus ada tigas gejala utama yang tampak dalam perilaku seorang anak yaitu: inatensi, hiperaktif, dan impulsif. Gejala ini baru dapat didiagnosis mulai usia 1-2 tahun. Syarat dari kepastian adanya ADHD adalah gejalanya yang menetap selama minimum enam bulan, terjadi sebelum usia tujuh tahun dan terjadi minimal di dua lingkungan yang berbeda.[3]

Salah seorang psikiater, Ismed Yusuf mengemukakan dalam buku Menyayangi Otak mengemukakan bahwa anak ADHD adalah anak yang tidak mampu memusatkan perhatian pada sesuatu yang dihadapi sehingga rentang perhatiannya sangat bur8uk atau sangat singkat waktunya dibanding anak-anak lain yang seusianya. Adapun tingkah laku yang hiperaktif dan impulsif merupakan gejala lain yang menyertai.[4]

Selain menyebabkan gangguan fungsional dan hubungan sosial, ADHD menurut Dokter spesialis saraf anak Hardiono D. Pusponegoro, juga mengganggu prestasi akademik anak. Dwidjo Saputro menambahkan, ADHD, seperti halnya gangguan perkembangan yang bersifat kronik lainnya, jika tidak dideteksi secara dini dan mendapatkan terapi yang memadai, akibat yang ditimbulkannya sangat luas. Kondisi yang menghambat tahapan perkembangan psikososial anak ini, selain menghambat prestasi akademik juga menyebabkan anak rendah diri dan sulit berinteraksi dengan teman sebaya.[5]


[1] Dwidjo Saputro, ADHD Attention Deficit/Hiperactivity Disorder. (Jakarta: Sagung Seto, 2009), 38.

[2] H.T. Tan & Kirana Rahardja, Obat-obat Sederhana untuk Gangguan Sehari-hari. (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2010). 149.

[3] Nia Nurdiansyah. Ibu & Bayi, Panduan Lengkap Merawat Buah Hati & Menjadi Orang Tua Cerdas. (Jakarta: Bukune, 2011), 276.

[4] Menyayangi Otak, Menjaga Kebugaran, Mencegah Penyakit, Memilih Makanan. (Jakarta, Kompas Media Nusantara, 2011), 130.

[5] Ibid., 130-131.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar